December 25, 2017

Coco - Menyebrangi Dunia Kematian dan Mengejar Mimpi


It's a late post actually. But it better late than never...
Gue nggak pernah kecewa dengan semua karya yang berhasil dilahirkan oleh Pixar. Setelah Toy Story, Finding Nemo, Up, bahkan Inside Out, Pixar selalu berhasil menyajikan sebuah film yang karya warna dan sarat emosi.

Awal gue tertarik dengan Coco adalah karena trailer film ini membuat mata gue membelalak bahagia. So colorful! Walaupun, kok yang nongol adalah karakter berwajah tengkorak...?

Jadi Coco bercerita tentang seorang anak laki-laki bernama Miguel Riviera (Iya, nama karakter si anak laki-laki bukan Coco. Gue juga tadinya mikir kalau Si Miguel namanya Coco. Ternyata bukan. Coco itu nama neneknya, yang biasa Miguel panggil dengan sebutan Mama Coco. Ups! Spoiler alert...). Miguel yang jatuh hati pada musik dan bermimpi untuk menjadi seorang musisi, terpaksa harus memendam mimpinya. Mengapa? Sebab keluarganya turun temurun seolah anti pada musik. Usut punya usut, ternyata penyebabnya adalah karena nenek dari nenek buyut Miguel (mamanya nenek Coco) sakit hati pada suaminya yang pergi meninggalkan keluarga demi musik.

Awalnya Miguel berusaha menuruti. Tetapi passion dan cita-citanya semakin lama semakin menggebu. Karena suatu kesalahpahaman, Miguel mengira bahwa musisi idolanya Ernesto de la Cruz adalah kakek buyutnya yang meninggalkan keluarga. Singkat cerita, entah keajaiban dari mana, karena berhasil mencuri gitar dari makan milik Ernesto de la Cruz, Miguel berhasil menyeberang ke Dunia Kematian (Land of Death) saat seluruh keluarganya merayakan festival Dia de Los Muertos atau Hari Kematian.



Maka terdamparlah Miguel di dunia kematian tersebut. Untuk dapat keluar dari sana, Miguel harus memperoleh restu dari keluarganya. Miguel memang bertemu dengan keluarganya yang selama ini fotonya terpampang di ruangan doa khusus di rumahnya, tapi nenek buyutnya alias mama dari Nenek Coco enggan memberikan restu jika Miguel tetap bermusik. Tetapi Miguel kekeuh. Bersama dengan seorang laki-laki bernama Hector, Miguel menyusuri jejak Ernesto de la Cruz untuk memperoleh restu darinya. Karena sepengetahuan Miguel, idolanya itu adalah kakeknya.


Dalam petualangannya, Miguel akhirnya memahami apa artinya keluarga. Tidak hanya untuk Miguel, tetapi semua keluarganya memahami. Buat gue pribadi, film ini mengajarkan bahwa keluarga tidak dapat dipisahkan walau dengan kematian sekalipun. Kematian hanya memisahkan alam, namun cinta dalam sebuah keluarga hanya sejauh doa. Ini yang menarik buat gue. Apalagi gue baru aja ditinggal meninggal sama orang terdekat gue... (Maklumin yah, gue masih baper kalau bicara soal kematian)



Hal menarik lain dari film ini ya tentu saja tentang Dia de Los Muertos (Day of The Dead) atau perayaan hari kematian yang biasa dilakukan oleh orang Meksiko. Gue sampe nyari infonya di Google (Hail Google...!) waktu nonton film ini. Soalnya gue juga baru tahu kalau di Meksiko ada perayaan seperti ini.
Mengutip dari situs Beritaagar.id (https://beritagar.id/artikel/piknik/dia-de-los-muertos-perayaan-hari-kematian-di-meksiko), Hari Kematian ini diperingati setiap tanggal 1 dan 2 November, yang juga menjadi hari libur nasional di Meksiko sana. Pada hari tersebut, dipercaya orang-orang yang telah meninggal akan datang kembali mengunjungi orang-orang yang mereka cintai. Pada saat hari kematian ini, mereka tidak boleh lagi memperingatinya dengan kesedihan, melainkan harus dengan kebahagiaan. Selama perayaan, keluarga membawa Ofrendas atau persembahan untuk almarhum. Bisa dilihat di dalam film Coco, keluarga Miguel membawa banyak persembahan seperti bunga, lilin, bahkan makanan. Tidak hanya di makam, bahkan setiap keluarga memiliki ruangan yang berisi foto anggota keluarga yang sudah meninggal, dan menghiasinya dengan lilin, makanan kesukaan anggota keluarga yang sudah meninggal itu semasa hidup, dan bunga Marigold. 
Mengapa bunga Marigold? Menurut mereka, bunga itu adalah bunga kematian. Mungkin kalau di Indonesia itu sama stratanya dengan bunga melati, bunga sedap malam, atau... bunga kamboja?

Namun lepas dari itu semua, film ini juga berhasil mengenalkan kita tentang budaya. Buat gue pribadi, gue merasa mendapat pengetahuan baru tentang Dia de Los Muertos ini. Karena dalam budaya gue sebagai orang Tionghoa, kami pun punya perayaan yang sejenis itu, namanya Cheng Beng. Tapi ini bukan tempat gue jelasin Cheng Beng itu apaan... Hehehe...

Nah! 
Dari info gue di atas, (yay! gue berhasil nggak spoiler banyak-banyak!) gue merekomendasikan kalian untuk nonton film. Film ini bagus buat anak-anak usia 7 tahun ke atas atau remaja sih menurut gue. Karena kalau untuk balita, yang menarik cuma penampilan warnanya saja. Apalagi efek terang kelopak Marigold di film ini sungguh menyenangkan. Soalnya, gue kemarin nonton ini sama murid-murid gue, dan mereka sesenggukan. Mantap! 
Buruan nonton, mumpung masih ada di beberapa bioskop...

From 5 stars, I give 4 stars.

Happy watching...


Remember me, though I have to say goodbye... Remember me, don't let it make you cry. For even if I'm far away, I hold you in my heart. I sing a secret song to you, each night we are apart. Remember me, though I have to travel far.. Remember me, each time you hear a sad guitar. Know that I'm with you, the only way that I can be. Until you're in my arms again, remember me...
- Hector

No comments:

Post a Comment