July 14, 2016

Quarter Life Crisis


Sebelumnya gue nggak pernah berpikir kalau Quarter Life Crisis bakal terjadi dalam hidup gue. I even proudly declared to myself that I am so ready in facing my 25, so bye bye that so called quarter life crisis. Dan ternyata, bah! Memang yang namanya sombong itu haram.

It happened about two months ago, when I was starting to ask myself, what I wanna do next? I was a girl with bunch of dreams. I had a lot of bucket list (which I made every year end, and finally ended just written in my notebook, yang gue curiga kalau dikumpulin bisa jadi buku malahan). Then, I began to have no will in making dreams or even wrote a bucket list. Gue merasa hidup gue lumayan cukup. Lumayan cukup loh ya, masih belum cukup berarti.

Lalu sekitar sebulan yang lalu, badan gue drop. Sudah hampir kira-kira 8 tahunan kali ya, gue jarang jatuh sakit separah ini. I always feel so strong, padahal aslinya cemen banget ini antibodi. Gue aja yang terlalu mengabaikan badan gue. Terlalu sombong untuk mengakui bahwa gue ini nggak sekuat itu. Sekali lagi, memang yang namanya sombong itu haram.

Sakitnya gue dimulai dari diare berkepanjangan selama kurang lebih 3 minggu, yang bikin gue paranoid mau makan apapun. I check to the doctor and the doctor said, gue harus menghindari yang pedas-pedas, yang asam-asam, yang terlalu berbumbu dan bersantan, kacang-kacangan, dan jenis saus-sausan. Tapi ujung-ujungnya, gue berakhir paranoid makan apapun.

Sekarang, coba pikir! Kalau sehari lo ke kamar mandi bisa sampai 10 kali lebih, kalau kloset bisa ngomong, gue rasa itu kloset udah ngeludahin gue kali, sangking muaknya gue setor melulu.

Puncak kekesalan gue pada diri sendiri adalah ketika libur Lebaran kemarin, gue berencana menghabiskan waktu di Semarang dengan jalan-jalan, nonton bioskop sepuasnya, kuliner sana sini, dan... GAGAL! Gue hanya berakhir di rumah saja, minum obat, tidur-tiduran, nonton TV, main Snapchat, buka Twitter dan Facebook, selfie nggak jelas. Malamnya gue nggak bisa tidur karena nafas pendek-pendek dan batuk pilek berkepanjangan. Stressful!

Have you ever feel when you are facing a bunch of trouble, and suddenly you asking to yourself about purpose of your life? I ever thinking about death.

Nggak sampai situ, my parents even talking about marriage. Menikah dari mana, kalau pasangan hidup saja nggak ada. Yang sempat hadir pun tidak jelas maunya apa, berakhir di tengah jalan karena alasan ini dan itu. Males banget. Karena yang mau berusaha dan berjuang akan lebih menang daripada yang maunya lancar-lancar aja. Jalan tol aja bisa macet,Pak! (Maaf, curcol! Emosi...) Jadi kalau sudah ditanya-tanya soal "kapan cici bawa pacar? Kok mama pingin punya cucu ya? Ada yang lagi ada di hati kamu nggak,Ci?" Bawaannya gue pingin menghilang saja macam Jinny Oh Jinny.

Lima tahun yang lalu gue masih santai-santai aja. Masih merasa muda, masih merasa ini waktunya main-main, dan merasa jodoh itu urusan Tuhan. Jadi gue doanya masih nggak sungguh-sungguh. Lah sekarang? Lama-lama gue puasa deh demi jodoh. Gue mau nyantai, tapi kok yang nanya ngegas pol. Gue manusia biasa, dan gue stress juga.

Until one of my friend gave me an advice.

"You should stop thinking too much" then she gave me a bunch of advices. Bukan gue nggak dengerin lanjutan nasihat dia, cuma kalimat "You should stop thinking too much" sangat mengena banget buat gue. Gue memang berpikir terlalu banyak, dan gue lelah sendiri pada akhirnya. Otak gue ada batasnya. Gue harus bisa lebih santai. Gue ini orang beriman dan beragama, harusnya gue belajar percaya sama Yang Maha Kuasa. Ada yang lebih besar daripada manusia, dan dia yang menentukan segalanya. Semua tepat pada waktunya.

Masalah kesembuhan gue, semua balik ke diri gue sendiri. Gue sakit pasti karena gue kurang perhatian sama badan gue sendiri. Gue nggak sayang sama diri gue sendiri. I should love myself. Gue yang harus semangat untuk sembuh. Pasti sembuh. Intinya gue yang harus semangat.

Gue nggak tahu Quarter Life Crisis gue sudah berakhir apa belum, tapi yang jelas gue masih bisa bersyukur karena gue punya keluarga yang masih ada buat gue, seorang sahabat yang masih mau ada buat gue saat gue butuhkan, dan yang terutama, gue percaya Tuhan sayang sama gue karena gue masih Dia karuniakan mereka-mereka ini.

I wish it will pass soon... Sambil menunggu, gue berusaha saja untuk senang. Melupakan yang sedih-sedih dan pahit-pahit. Have fun go mad!