February 3, 2014

Carrie



Mungkin belum terlalu terlambat bagi saya untuk me-review film yang rilis tahun 2013 lalu. Saya tidak sempat menontonnya di bioskop karena kesibukan pekerjaan saya, sehingga baru kemarin saya sempat menonton Carrie hasil download-an adik saya.
Chloe Grace Moretz dan Stephen King mungkin dua nama yang menjadi alasan kuat bagi saya untuk menonton film ini. Chloe Grace Moretz adalah salah satu aktris muda hollywood favorit saya. Walau sempat membuat saya kecewa dengan film Kick Ass-nya, aktris muda ini memiliki bakat luar biasa. Sedangkan Stephen King, siapa yang tidak tahu namanya? Stephen King adalah seorang penulis asal Amerika Serikat yang populer dengan novel-novel horornya, sebut saja The Shining, Dreamcatcher yang pernah saya ketahui, lalu Carrie ini.
Carrie bercerita tentang seorang gadis muda bernama Carrie White (Chloe Grace Moretz) yang lahir dari seorang ibu yang memiliki paham religius yang salah bernama Margaret White (Julianne Moore). Merasa bahwa kelahiran putrinya adalah sebuah dosa, Margaret membesarkan Carrie dengan sangat overprotective. Carrie dipaksa untuk masuk ke dalam sebuah ruangan kecil untuk berdoa memohon pengampunan pada Tuhan setiap saat ia melakukan kesalahan. Kesalahan yang sebenarnya tidak salah. Carrie tidak diperbolehkan memakai pakaian terbuka, karena menurut Margaret itu adalah dosa. (Gosh! This lady is seriously crazy!)
Dibesarkan seperti itu membuat Carrie amat sangat tertutup, hingga suatu saat ketika ia mendapatkan haid pertamanya, Carrie berteriak histeris di depan teman-teman sekolahnya. Darah haid yang keluar dari tubuhnya, ia kira sebagai pertanda bahwa ia akan mati. Dilempari tampon oleh teman-temannya membawa Carrie pada satu titik di mana ia menemukan fakta bahwa ia memiliki kemampuan khusus yang selama ini tidak ia ketahui. Sikapnya yang tertutup dan bullying yang ia dapatkan dari Chris Hargensen (Portia Doubleday) dan teman-temannya, mengantarkan Carrie pada suatu kejadian mengerikan akibat salah paham dari maksud baik Sue Snell (Gabriella Wilde) dan pacarnya, Tommy Ross (Ansel Elgort). Kemarahan Carrie yang terpendam di balik penampilannya yang rapuh memberikan petaka bagi orang-orang di sekitarnya, termasuk ibunya.
Label horror di film ini sama sekali tidak menakutkan bagi saya. Bagi saya, film ini seperti sebuah tragedi hidup seorang gadis yang dibesarkan dalam ketakutan.  Saya belum pernah menonton versi sebelumnya film ini yang rilis pada tahun 1976. Namun berdasarkan yang pernah saya baca, Carrie versi 1976 mendapatkan respon yang cukup baik dari penontonnya kala itu. Bagi saya yang belum pernah menonton versi sebelumnya, Carrie menyajikan cerita yang cukup memuaskan bagi saya.
Carrie menunjukan pada penonton tentang gambaran kehidupan remaja masa kini dengan konfliknya. Pergaulan yang salah dan bullying, bukan lagi permasalahan asing dalam kehidupan remaja. Pentingnya peran orang tua dalam membesarkan putra dan putri mereka juga memiliki andil besar dalam perkembangan kepribadian seorang anak. Film Carrie membawa pesan moral bagi penontonnya, baik remaja maupun orang tua.
Overall, dari 5 bintang saya beri 3.5 untuk film ini. Penilaian saya ini bukan mutlak, setiap orang pasti memiliki pendapatnya masing-masing, terutama bagi yang pernah menonton versi pertamanya. Penasaran?
Happy Watching, Guys!

The other kids, they think I'm weird. But I don't wanna be, I wanna be normal. I have to try and be a whole person before its to late.
- Carrie White, Carrie (2013)

No comments:

Post a Comment