January 3, 2018

Melawan Dunia




Setiap manusia pasti punya cerita mereka sendiri tentang melawan dunia.
Pertama kali dengar lagu ini, gue nangis sejadi-jadinya. Liriknya tidak terlalu puitis, tetapi cerita yang menjadi muse lagu ini luar biasa. Salut dan tersentuh. Barisan doa gue kirimkan buat mereka, walau gue tidak kenal mereka.

Ludi dan Ratih mungkin hanya satu dari pasangan muda dan orang tua yang luar biasa. Sepotong cinta mereka buat baby Adam mampu menggerakan hati siapapun yang mengikuti cerita mereka dari awal hingga akhir. Biarpun pada akhirnya Adam harus menyerah dan kembali pada Pencipta, kita bisa belajar bahwa berjuang itu dilakukan oleh semua manusia. Lantas, jika ada masalah, apa kita harus menyerah?

Sejak Tigor meninggal, gue selalu merasa bahwa sehebat apapun kita, hidup ini bukan milik kita. Nafas yang ada ini hanyalah pemberian Tuhan. Suatu saat, jasad kita ini hanya seonggok daging dan tulang. Lantas, apa yang harus disombongkan?
Buat gue, hidup itu tidak lagi hanya go with the flow. Hidup ini seperti pertandingan lari. Nggak heran kalau kadang kita lelah. Bukan lebay kalau kadang kita merasa mau menyerah aja. Tenaga kita terbatas. Hanya tujuan yang kuat yang bisa bikin kita terus bertahan walau lelah dan digoda rasa ingin menyerah.
Sekali lagi gue tanya, apa yang bisa disombongkan?

Harta?
Sebanyak apapun harta yang kita punya, harta tidak mampu memberikan kebahagiaan yang abadi. Harta tak mampu mengembalikan nyawa seseorang. Harta tak mampu kita bawa menghadap Sang Ilahi.

Jabatan?
Apalagi!
Surga dijanjikan buat siapapun yang percaya pada Tuhannya, melakukan apa yang menjadi kehendakNya, serta menjauhi hal yang tidak diperkenankan olehNya. Jadi bukan jaminan kalau ngana presiden, lantas pasti masuk surga. Menurut kalian, pemimpin dunia yang terkenal macam Adolf Hitler begitu, pantas masuk surga begitu saja?

Kecantikan jasmani?
Kalau tampan dan cantik mampu membuat kita bahagia, mengapa Marilyn Monroe meninggal dengan spekulasi bunuh diri?

Jadi apa yang bisa kita sombongkan?

Sama seperti Ludi dan Ratih, gue pun punya cerita sendiri tentang melawan dunia. Ludi dan Ratih melawan dunia dengan berjuang untuk tidak kalah dari penyakit Trisomy 13 yang diderita putera mereka. Gue berjuang untuk bisa meyakinkan banyak pihak, bahwa berbeda itu bukan penghalang. Gue berjuang bareng Tigor untuk meyakinkan dia, penyakit dia bukan hambatan untuk dia mengejar apa maunya dia.

Banyak hambatan.
Banyak tuduhan.
Banyak cibiran.

Tidak sekali kita mau menyerah saja.
Tidak sekali kita menangis bersama.

Dan pada akhirnya, Oktober 2017 kemarin Tigor menyelesaikan perjuangan dia. Bukan perjuangan yang sia-sia. Dia pergi meninggalkan hal baik yang selama ini dia mau. Tidak membawa harta, tidak membawa jabatan, dan tidak membawa keindahan fisik. Kenangan baik yang dia tinggalkan buat kami. Buat keluarganya, buat gue, buat murid-murid kami.
Mr Tigor, guru olahraga yang seru, lucu, baik, dan sayang sama muridnya. Mr Tigor yang walau bolak balik kumat sakitnya, masih tetap datang ke sekolah untuk mengajar murid-muridnya, walau dengan wajah dan badan yang bengkak karena efek obat dan penyakitnya.
Tigor atau Iwan - begitu biasa keluarganya memanggil dia, adalah anak yang baik dan tidak banyak menuntut bagi orang tuanya. Seorang adik yang baik di mata kakak-kakaknya. Seorang abang yang menjadi panutan dan sahabat bagi adiknya.
Tigor, sahabat dan kakak sekaligus teman spesial buat gue. Partner diskusi yang seru. Rumah kedua buat gue. Kawan berdoa dan bertumbuh iman selama 2 tahun belakangan ini. Figur yang membuat gue merasa secure untuk berbagi suka dan duka.

Perjuangan kami berdua selesai. Perjuangan Tigor melawan dunia selesai.
Gue?
Tentu belum selesai.

2017 mengajarkan gue tentang berjuang.
Gue belajar bahwa setiap harinya adalah anugerah dari Tuhan yang nggak bisa dibeli dengan uang.
Gue belajar bahwa setiap harinya merupakan kesempatan untuk menjadi baik dan lebih baik, sebelum nantinya menyesal.
Gue belajar untuk hidup sebaik mungkin, seperti layaknya itu adalah hari terakhir gue hidup di dunia.
Gue belajar bersyukur sehingga setiap saat kata menyerah muncul di pikiran gue, selalu ada alasan untuk gue bangkit walau berkali-kali jatuh tersungkur dan berdarah.
Gue belajar bahwa siapapun yang hadir dalam hidup gue merupakan orang-orang yang Tuhan kirimkan untuk menolong dan memberikan pelajaran berharga dalam hidup gue, tak peduli orang itu baik atau jahat.
Gue belajar bahwa dihina, direndahkan, dicaci maki, dan diberi cap negatif, bukan berarti gue berhak membalas semua itu dengan hal yang sama. Menjadi tetap benar itu adalah bagian gue. Karena pada saatnya gue kembali ke rumah Tuhan, tidak ada pembenaran atas hal buruk di mata Dia. Tuhan meminta umatNya tetap di jalan yang benar.

Mudah?
Tidak.

2018, gue akan terus berjuang.
Setiap hari gue lalui dalam pengharapan dan usaha.
Mungkin gue akan merasa lelah. Mungkin sesekali gue tergoda mau menyerah. Tapi gue akan selalu jadi manusia yang akan terus bangkit, walau remuk tulang lutut gue sekalipun.
Hanya Tuhan yang berhak menghentikan perjuangan gue.
Sampai nanti saatnya gue kembali bertemu dengan Tuhan, gue berharap hidup gue berkenan di mata Pencipta gue itu.

Bagaimana cerita melawan dunia kamu?

Mungkin berat tapi ku tahu,
Apa yang kita jalani,
Sulit mereka pahami...
Namun ku yakin,
Ada jalan untuk kita
Untuk kita, bersama...
Asalkan kita berani, mencinta sepenuh hati
Meski seakan,mencoba untuk bertahan
Walau dihati seakan,
Aku dan kamu melawan dunia...
(Melawan Dunia -  RAN ft Yura Yunita)

No comments:

Post a Comment