November 10, 2017

100% Minus

These past days are kinda hard for me.

It's a month, he's gone from my life. I miss him but nothing I can't do. This feeling is kinda killing me. I was crying hard but I know inside that it's giving me no solution. Even I'm crying out loud, he won't ever be alive anymore.

Kehilangan itu berat. Sungguh.

No one ever said, ditinggalkan itu bukan masalah berat. Sungguh gue nggak pernah mengira kalau dia akan meninggalkan gue selamanya. Memang sih pernah dua kali gue mimpi nggak enak. Pertama waktu Lebaran kemarin dia pulang kampung, gue seperti ada feeling kalau dia nggak akan balik lagi. Tapi toh ternyata dia pulang lagi. Kedua, waktu sakit nefrotik-nya mau kambuh, gue sempat bermimpi kalau dia akan sakit keras. I even cried hard in my sleeping at that time.

But still, I never thought that he gonna left me in the next few months.

Bagian tersulit untuk gue adalah menghilangkan gambaran detik kepergian dia pagi itu. Suara mesin alat bantu nafas yang masih seperti menggema dia telinga gue. Darahnya yang mengalir dari hidung dan ujung bibirnya. Lengan dan pergelangan kakinya yang diikat. Matanya yang terpejam dan ternyata tak pernah terbuka. Dan layar denyut nadinya yang berganti dari 130 sampai akhirnya berubah menjadi 0.

I still can't believe that he left me. He left me with 100% love for him. He left me with all his dream and mine. He left me with the broken heart. He left me and my world seems like parting into pieces.

Sebisa mungkin gue menahan diri untuk tidak memohon pada Tuhan agar mengajak gue serta. Gue sepenuhnya menyadari bahwa memang ini yang terbaik buat dia. Nggak akan lagi ada kekhawatiran kalau dia sakit. Nggak akan ada lagi pembicaraan mengenai kekhawatiran tidak punya uang. Tuhan menyayangi dia lebih dari gue ataupun keluarganya. Apalah daya kita manusia? Toh, suatu saat pun kita akan pulang ke tempat yang sama. Apalah yang mampu kita lakukan? Tak ada yang dapat melawan kuasa si pemilik dunia ini.

Di sinilah gue diajar untuk belajar ikhlas.

Then, I remembered once he ever asked me, "Kamu cinta sama aku berapa persen?"

Gue bukan tipe cewek super romantis yang bakal jawab pertanyaan cinta-cintaan dengan gamblang dan percaya diri. Ditambah saat itu wajah dia senyum-senyum ngejek dan menyebalkan. Makin-makinlah gue ogah menjawab.

But now I tell you all the truth. I love him 100%.

I'm a type of girl who hard fall in love, but once I fall, I fall in really deep.

Now I'm thinking of my future.
I'm not sure that I'm gonna love another man in 100% like I love him. I'm not sure I can fully giving my heart to another man like what I did to him.
I fall really deep.
I'm still crawling up to see another light.

For many times I said, he's the best combo ever. If he's still alive, it will be the greatest thing if I can marry a guy like him. It's my dream to marry a guy who act like a brother to me, like a best friend, and lover at the same time. It's always be in my wish to grow old together with the one who understand me, holding hand together until our hair turn grey. It's a happily ever after in my version.

Now, I'm not sure I can get my own happily ever after.

Tapi sebagai orang beragama, gue nggak mau bertindak seperti layaknya orang yang nggak punya Tuhan. Pengharapan dalam Tuhan itu tak pernah sia-sia. Doa manusia yang percaya padaNya, tidak akan pernah diabaikan. Segala sesuatunya baik dalam rancanganNya.
Hanya ada 3 jawaban yang akan Tuhan berikan dalam setiap doa manusia.

Ya, artinya itu yang terbaik buatmu.
Tidak, artinya Ia memiliki yang lain yang lebih baik buatmu.
Tunggu, artinya waktunya belum tepat. Kita harus bersabar.

Tuhan sedang mempersiapkan yang lebih baik buat gue. Cuma itu yang selalu gue ingatkan pada diri gue sendiri. He's plan is always great. God is the best planner.

Ibarat serial, Tigor is one of the best episode in my life.
With him, we learn to put a hope in God.
With him, we see a lot of miracle happened.
With him, I know the struggling with tears doesn't always mean a misery.
With him, I learn to love myself.
With him, I believe Jesus is always good, even in the darkest and deepest situation of my life.
With him, I never stop to always try being a good version of me.
With him, I learn that sincerity is one of the expensive thing in this world.

Dia nggak pernah beliin gue macem-macem barang. Dia nggak pernah memperlakukan gue layaknya tuan puteri, seperti harapan sebagian besar makhluk bernama wanita di muka bumi ini. He never did a romantic thing for me. Dia tidak sempurna.

Tetapi ketulusan yang dia beri, menjadi apa adanya di depan gue, adalah hal termahal yang pernah dia berikan buat gue.

I'm not sure I can love the other guy in 100%.
It probably 100% minus.

Namun hati kecil gue masih berharap, there will be another guy come and giving his hand to help me. To love me more than Tigor did. I'm not expecting he'll be same like Tigor. But at least, he can giving me a sincerity to make me believe, to help me battling with my insecurities, and to always put me closer to my dear Jesus Christ.

Rest in Peace, Tigor...
Heaven is must be a very nice place.
Setiap orang akan kembali ke rumah penciptanya, toh?
and I wish I can see you again in heaven.

No comments:

Post a Comment